Sabtu, 05 Mei 2012

Asfiksia atau Mati Lemas


Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan dalam paru-paru yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia. Asfiksia dapat terjadi alami, akibat trauma mekanik, atau keracunan.



Mati lemas terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan yang bersifat mekanik, misalnya:
1. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas, meliputi pembekapan dan penjeratan.
2. Penekanan dinding saluran pernapasan, meliputi penjeratan, pencekikan, dan gantung.
3. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik).
4. Saluran napas terisi air. meliputi tenggelam (drowning)


Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala:
1. Fase dispnu: perangsangan medula oblongota karena kadar O2 rendan dan CO2 yang tinggi berupa amplituda-frekuensi napas meningkat, nadi cepat, tensi tinggi, tanda-tanda sianovis pada muka-tangan.
2. Fase konvulsi: rangsangan susunan saraf pusat akibat peningkatan CO2 berupakejang klonik, lalu tonik, akhirnya opistotonus, pupil dilatasi, denyut jantung menurun, tensi turun.
3. Fase apno: depresi pusat napas hingga berhenti, kesadaran turun, relaksasi spingter.
4. Fase akhir: Paralisis pusat pernapasan lengkapan. Jantung masih berdenyut beberapa saat sesudahnya.
Lama proses asfiksia sampai timbul kematian umumnya antara 4-5 menit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar